Pembangunan Pendidikan Karakter pada Siswa

 Pendidikan merupakan salah satu tempat kita untuk mencari ilmu, tidak hanya itu pendidikan juga mampu membangun kepribadian seseorang agar berakhlak mulia serta dapat mengembangkan pikiran dan bakat yang kita miliki.


   Apabila kita memiliki ilmu pendidikan yang baik, maka orang akan menghargai kita dan menghormati kita, tetapi sebaliknya jika kita memiliki ilmu Pendidikan yang tidak baik, maka kita akan dianggap bodoh oleh masyarakat disekitar. Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa harus bersemangat dan berusaha dalam menuntut ilmu Pendidikan, terutamanya pendidikan berkarakter. 


   Salah satu Pendidikan yang terpenting adalah Pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaa sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen- komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. (Handoyo, T. Hani, 2003: 35) 


  Sebagai siswa bangsa indonesia, pendidikan karakter menjadi peran penting untuk kemajuan negara. Pendidikan karakter erat hubunganya dengan nilai moral dan akhlak. Dalam hal ini lingkungan masyarakat, guru, orang tua, sekolah juga merupakan peran penting dalam pendidikan karakter. 


   Dalam Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025, pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi pembentukan dan pengembangan profesi, fungsi perbaikan dan penguatan, serta fungsi penyaring. Fungsi pembentukan dan pengembangan profesi berarti pendidikan karakter dilakukan untuk mengembangkan potensi setiap individu agar berpikiran baik, berhati baik, berperilaku baik sesuai dengan falfasah Pancasila. Fungsi perbaikan dan penguatan menekankan bahwa pendidikan karakter dapat memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah, untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Sementara fungsi penyaring menekankan bahwa pendidikan karakter memiliki fungsi untuk memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.


   Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. (Sidi, 2001:40) 


   Pada kondisi sekarang ini dimana meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat, penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk oleh siswa, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok, membudayanya kebohongan/ ketidakjujuran, dan adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama menjadikan Pendidikan karakter menjadi satu hal prioritas yang harus selalu dikuatkan. 


   Selain itu, kemajuan teknologi juga membawa banyak pengaruh terhadap pendidikan karakter siswa, terutamanya karakter individu. Penggunaan teknologi seperti gadget secara berlebihan juga dapat membuat siswa menjadi tidak acuh, cuek, lengah, dan lupa waktu. Banyak siswa yang lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar. Tidak jarang siswa zaman sekarang menjadi tidak acuh terhadap pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Hal ini juga membuat rasa peduli siswa menipis, mereka juga tidak menghiraukan kondisi sekitarnya lagi bahkan tidak peduli terhadap orang lain dan lingkungannya. 


   Menurut Amri (2013, hal 167) ada beberapa faktor yang menghambat dalam penanaman pendidikan karakter disiplin di sekolah meliputi, 1) anak itu sendiri, 2) sikap pendidik, 3) lingkungan, 4) tujuan. Faktor anak itu sendiri karena dalam penanaman pendidikan karakter faktor anak perlu di perhatikan pada setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu pemahaman anak secara cermat dan tepat akan mempengaruhi dalam penanaman kedisiplinan. 


   Akibat minimnya pendidikan karakter siswa juga menyebabkan terjadinya krisis moral seperti masalah sosial dimasyarakat , tawuran pelajar, penyalahgunaan narkoba, minum minuman keras, bullying dan hal hal yang lainya. 


  Strategi dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi siswa di sekolah bisa dilakukan dengan, yaitu: 1.) Memasukkan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran di sekolah, 2.) Membuat slogan-slogan atau yel-yel yang dapat menumbuhkan kebiasaan semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku yang baik, 3.) Membiasakan perlaku yang positif di kalangan warga sekolah, 4.) Melakukan pemantauan secara kontinyu, 5.) Memberikan hadiah (reward) kepada siswa yang selalu berkarakter baik. 


  Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada intemalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. (Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depatremen Agama,2005:2)


Daftar pustaka : 


Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan ㅤ                                                                          Karakter Bangsa 2010-2025. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Jakarta


Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depatremen  Agama,2005,Pedoman lntegrasi Life Skills Dalam Pembelajaran, Jakarta


Handoyo, T. Hani, 2003, Manajemen Edisi 2,, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta http://akhmadsudrajat.word press.com/2010/08/20/pendidi kan-karakter-di-SMA/diliat pada tanggal 13 Januari 2012


Sidi, 1, 2001, Strategi Pendidikan Nasional, Makalah, disampaikan pada simposium dan musyawarah Nasional 1 Alumni Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang tanggal 13-14 oktober 2001 di Malang.

Komentar